PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina tengah menghadapi era energi transisi dengan strategi dekarbonisasi yang berkelanjutan untuk menjawab peluang dengan menjalankan operasi ramah lingkungan. Arya Dwi Paramita, Corporate Secretary PHE, menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas saat ini adalah ketahanan energi nasional. Permintaan akan energi fosil diprediksi terus meningkat hingga tahun 2050 meskipun bauran energi mengalami perubahan.
Arya menyampaikan bahwa peningkatan penggunaan gas sebagai sumber energi bersih menunjukkan pentingnya peran gas sebagai energi transisi dalam pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri. PHE menyadari bahwa industri hulu migas harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan menjalankan green operation sebagai bagian dari strategi perusahaan. PHE memiliki strategi energi transisi seperti gas transition, dekarbonisasi, serta potensi bisnis baru seperti carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization & storage (CCUS).
Untuk memenuhi kebutuhan energi transisi, PHE telah menjalankan berbagai proyek pengembangan gas, salah satunya adalah proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) di wilayah kerja Zona 12 Regional Indonesia Timur. Saat ini, JTB telah mencapai produksi penuh sebesar 192 MMSCFD dengan stabil dalam jangka waktu yang panjang.
Nyimas Fauziah Rikani, Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas, menjelaskan tentang perkembangan industri migas saat ini. Industri hulu migas memiliki peran penting sebagai penyumbang pendapatan negara. SKK Migas memiliki strategi utama untuk mencapai target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2033.
Arya juga merincikan pencapaian PHE sepanjang 2023. Produksi minyak PHE mencapai 566 ribu barel per hari dan produksi gas sebesar 2.766 juta standar kaki kubik per hari, sehingga total produksi migas mencapai 1.044 ribu barel setara minyak satu hari. Peningkatan produksi gas sebesar 5,4 persen dari tahun sebelumnya. Seluruh pencapaian ini didukung oleh entitas afiliasi PHE di berbagai regional di Indonesia dan internasional.
Di bidang Environment, Social, Governance (ESG), PHE berhasil mendapatkan rating sebesar 22.5 per April 2024. PHE terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip ESG dan telah terdaftar sebagai anggota United Nations Global Compact (UNGC) sejak Juni 2022.
PHE juga telah mengimplementasikan teknologi CCUS di lapangan Pertamina EP Sukowati Field, Bojonegoro, Jawa Timur pada tahun 2023. PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal dari UNGC dan Zero Tolerance on Bribery untuk memastikan operasional yang bersih dan profesional. PHE terus mengembangkan operasinya di dalam dan luar negeri untuk menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang ramah lingkungan, tanggung jawab sosial, dan berbasis Good Governance.