PT PLN (Persero) terus berinovasi di tengah transisi energi dengan mengembangkan penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau teknologi co-firing. Melalui Program TJSL PLN Peduli, perusahaan menggerakkan ekosistem hijau berbasis masyarakat melalui pengembangan biomassa. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa program co-firing tidak hanya sebagai langkah transisi energi, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
PLN telah menggunakan berbagai jenis biomassa seperti limbah replanting, tanaman kaliandra merah, gmelina, gamal, indigofera, sekam padi, tandan kosong, dan limbah agroforestri. Kolaborasi dengan pemerintah daerah, akademisi, dan instansi lainnya di seluruh Indonesia menjadi kunci keberhasilan teknologi co-firing dalam mengolah biomassa menjadi energi.
Pemanfaatan co-firing ini merupakan bagian dari misi Indonesia menuju Net Zero Emission pada tahun 2060. Sejak 2018, PLN Group telah menerapkan teknologi co-firing di 46 PLTU, dengan total penggunaan biomassa mencapai 3 juta ton dan menghasilkan listrik hijau sebesar 3,1 terrawatt hour (TWh). Sebanyak 250.000 masyarakat telah terlibat dalam pengelolaan rantai pasok biomassa, yang juga berhasil menurunkan emisi sebesar 3,2 juta ton CO2e.
Pada tahun 2025, PLN menargetkan program co-firing dapat dilakukan di 52 PLTU dengan kebutuhan biomassa mencapai 10 juta ton dan mampu menurunkan emisi sebesar 11 juta ton CO2e per tahun. Inovasi teknologi co-firing ini merupakan langkah nyata PLN dalam menjawab tantangan global untuk menciptakan Indonesia yang bersih dan mandiri secara energi, serta meningkatkan kapasitas nasional sesuai dengan prinsip Environmental, Social and Governance.
Dengan adanya program ini, PLN tidak hanya berkontribusi dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan biomassa. Hal ini membuktikan komitmen PLN dalam mendukung transisi energi menuju keberlanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
