Perang Timur Tengah Semakin Panas Apa Dampaknya Buat Ekonomi Indonesia

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, memastikan bahwa Pemerintah Indonesia siap menghadapi dampak yang mungkin timbul akibat situasi panas di Timur Tengah. Febrio yakin bahwa Pemerintah dapat mengatasi gejolak ekonomi dan ketidakpastian yang mungkin terjadi, termasuk dampak dari kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh The Fed di Amerika Serikat sebelumnya. Meskipun saat ini Pemerintah telah berhasil menavigasi perubahan tersebut, tantangan masih ada menjelang akhir tahun 2024. Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah untuk memiliki strategi mitigasi yang solid.

“Kita selalu harus siap menghadapi gejolak dan shock ekonomi. Meskipun kita berhasil menangani dampak suku bunga dari The Fed sebelumnya, kita harus tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan dalam beberapa bulan atau kuartal ke depan. Kita harus memiliki strategi mitigasi yang kuat untuk menghadapi situasi yang tidak terduga,” ujar Febrio saat diwawancarai di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta.

Salah satu strategi yang digunakan Pemerintah adalah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai “shock absorber”. Mekanisme ini dirancang untuk meredam dampak global yang dapat mempengaruhi masyarakat. Dengan langkah-langkah antisipatif dalam APBN, pemerintah dapat lebih siap menghadapi kemungkinan kejadian yang merugikan.

“Dampak dari situasi global selalu kita antisipasi melalui APBN sebagai shock absorber. Kami memiliki mekanisme untuk meredam dampak global yang berpotensi merugikan masyarakat. Mekanisme yang ada dalam APBN dapat kita manfaatkan dengan baik,” tambahnya.

Meskipun masih ada ketidakpastian menjelang akhir tahun 2024, situasi ekonomi dalam negeri relatif stabil. Beberapa indikator positif, seperti penguatan nilai rupiah, penurunan suku bunga, dan harga komoditas yang lebih rendah dari tahun sebelumnya, memberikan harapan bagi stabilitas ekonomi. Meski begitu, tantangan yang lebih besar diperkirakan akan muncul di tahun 2025. Penting untuk terus memantau kondisi global dan mengembangkan strategi yang lebih adaptif untuk mengantisipasi situasi serupa.

“Nilai rupiah menguat, suku bunga turun, dan harga komoditas lebih rendah dari sebelumnya, memberikan gambaran positif bagi ekonomi kita. Namun, kita harus tetap waspada terhadap tantangan yang mungkin akan muncul di tahun depan. Kita perlu terus mengembangkan strategi yang adaptif untuk menghadapi situasi yang tidak pasti,” tutup Febrio.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *