Bank Indonesia melaporkan bahwa kinerja Indeks Penjualan Riil atau IPR bangkit pada bulan Desember 2024 dengan pertumbuhan sebesar 1,8% secara tahunan. Hal ini terjadi setelah mengalami perlambatan selama bulan September hingga November tahun lalu. Menurut Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, IPR mencapai angka 222 poin pada bulan Desember, naik dari angka 209,7 poin pada bulan November sebelumnya.
“Pertumbuhan pada bulan Desember 2024 terutama didorong oleh peningkatan penjualan pada kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Barang Budaya dan Rekreasi,” ujar Denny dalam keterangan resmi yang dikeluarkan pada Rabu, 12 Februari 2025. Kedua kelompok tersebut masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 13% secara tahunan dan 0,9% pada bulan Desember 2024.
Dalam periode bulan Desember 2024, penjualan eceran tumbuh sebesar 5,9% secara bulanan, lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 0,4%. Seluruh kelompok komoditas juga tercatat mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi sebesar 20,3% secara bulanan. Kelompok Suku Cadang dan Aksesori juga terpantau tumbuh sebesar 8,9% secara bulanan setelah mengalami kontraksi pada bulan November 2024. Sementara itu, kelompok Barang Budaya dan Rekreasi tumbuh hingga 8% secara bulanan setelah mengalami kontraksi pada bulan sebelumnya.
Menurut survei yang dilakukan pada kurang lebih 700 responden pengecer di 10 kota terpilih, kenaikan penjualan tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat dalam rangka perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru). “Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat selama perayaan HBKN Nataru,” tambah Denny.
Di sisi lain, kelompok indeks Makanan, Minuman, dan Tembakau juga mengalami kenaikan ke level 305,9 poin setelah sebelumnya turun di bawah level 300 poin sejak bulan September. Namun, diprediksi bahwa pertumbuhan IPR untuk bulan Januari 2025 akan melambat sebesar 0,4% secara tahunan, akibat normalisasi permintaan masyarakat setelah perayaan HBKN Nataru.
Dari segi harga, tekanan inflasi untuk 3 dan 6 bulan mendatang, yaitu pada bulan Maret dan Juni 2025, diprediksi akan meningkat. Hal ini terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) untuk bulan Maret dan Juni 2025 yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan IEH Maret 2025 disebabkan oleh kenaikan harga selama bulan Ramadan dan HBKN Idulfitri, sedangkan IEH Juni 2025 dipengaruhi oleh HBKN Iduladha dan tahun ajaran baru.